Mereka menjawab:“ya“. Iblis berkata: “aku tidak mengkhawatirkan mereka sedikitpun, meski mereka tidak menyembah berhala, asal mereka tetap mencintai dunia. Aku akan datang kepada mereka pada pagi dan sore hari dengan tiga nasehat; (1), carilah harta dengan dhalim. (2) habiskan uang di tempat yang tidak semestinya. (3), kikirlah di tempat-tempat sedekah. Semua dosa berasal dari ketiga hal ini“.
Itulah “nasehat“ Iblis yang perlu diwaspadai oleh manusia. Ketika manusia bisa menghindari kecintaan yang berlebihan pada dunia, maka ia akan selamat, tetapi ketika masih “kumanthil-manthil“ dengan dunia sampai menghalalkan segala cara, maka bersiaplah untuk menjadi pengikut sang Iblis.
Puasa ramadlan berfungsi memenangkan nafsu lawwamah dalam pertempuran abadi antara kebaikan dan keburukan. Dalam diri manusia ada dua nafsu yang selalu mempengaruhi hati sebagai raja penggerak dari Tubuh manusia. Pertama, nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang membimbing manusia agar tidak tersesat. Nasfu ini merupakan manifestasi Tuhan dalam diri manusia. Ia meniupkan kebaikan dan membisikan kebenaran pada hati manusia. Menurut sebagian ulama, nafsu ini dalam diri manusia berbentuk akal budi. Kedua, nafsu ammarah, yaitu nafsu yang mengajak manusia untuk berbuat kejahatan, menumpahkan darah di muka bumi, menyebar fitnah, korupsi, dan kebohongan.
Dengan seorang muslim berpuasa, melakukan shalat tarawih, melantunkan kalam Ilahi, dan mendendangkan doa-doa, maka nafsu ammarah akan semakin lemah, dan kekuatan lawwamah semakin kuat, sehingga seorang hamba menjadi semakin terbimbing meniti jalan kebenaran dan keridhaan Tuhan.
Dalam kontek kehidupan berbangsa yang sedang menggalakan pembrantasan korupsi, maka puasa harus dijadikan titik tolak pembrantasan korupsi dari pribadi masing-masing. Nabi berkata: “ibda’ binafsik (mulailah kebaikan dari dirimu sendiri) Puasa bukan hanya dimaknai menahan makan dan minum, tetapi menahan melakukan korupsi.
Korupsi yang merajalela di negeri ini dikarenakan seperti pesan Iblis tadi, bahwa manusia terlalu mencintai dunia (harta benda), sehingga menghalalkan segala cara. Maka tidak salah kalau Syekh Ibn Athaillah dalam kitab al-Hikam mengutip Rasulullah mengatakan: “hubb al-dunya ra’su kulli khathiatin“ (mencintai dunia berlebihan merupakan pangkal kesalahan dan dosa).
Harta benda di dunia bukan berarti dihindari dan ditinggalkan, tetapi kecintaan yang berlebihan sehingga menghalalkan segala cara, seperti korupsi dan kolusi itu yang harus dibuang jauh dari umat Islam. Umat Islam harus bisa mengendalikan kecintaannya kepada harta benda dengan tidak berlebihan. Silahkan mencari harta, mencari rizki, tetapi dengan jalan yang halal lagi benar.
Maka, puasa merupakan cara terbaik seorang muslim mengendalikan hawa nafsu. Rasulullah SAW berpesan: “Setan berlari dalam diri anak Adam melalui darah, maka halangilah tempat berlarinya syetan dengan lapar dan dahaga“. Nabi Isa juga menasehati murid-muridnya: “Biarkan perutmu lapar, haus dan tubuhmu telanjang, semoga kalbumu dapat melihat Allah“. (Amha/)
Ust. M. Roy Purwanto
Tafakkur #2 Ramadlan 1436.
Pertapaan Kawah Condrodimuko.
Tidak ada komentar: